Mimpi Pulau Pari Seperti Bali - Warta 24 Kalimantan Barat
GRID_STYLE

Post/Page

Weather Location

{fbt_classic_header}
www.uhamka.ac.id/reg

Mimpi Pulau Pari Seperti Bali

Mimpi Pulau Pari Seperti Bali

Ilustrasi : Edi Wahyono Kamis, 30 November 2017 Pulau Pari adalah satu dari 324 pulau di Kabupaten Kepulau…

Mimpi Pulau Pari Seperti Bali

logo

Ilustrasi : Edi Wahyono

Kamis, 30 November 2017

Pulau Pari adalah satu dari 324 pulau di Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Pulau Pari dapat dicapai dengan perjalanan sekitar satu jam menggunakan speedboat dari dermaga Pantai Marina, Ancol, Jakarta Utara. Disebut Pulau Pari karena bentuk pulau itu yang mirip dengan ikan pari.

Sebelum kondang menjadi destinasi wisata seperti sekarang ini, pulau seluas 41,32 hektare itu awalnya sebuah daratan kosong tak berpenghuni. Lalu para nelayan yang me ncari ikan di sekitar perairan Pari menjadikan pulau tersebut sebagai tempat tinggal.

Menurut versi resmi sejarah Pemkab Kepulauan Seribu, Pulau Pari diberi nama pada era kolonial Belanda. Alkisah, banyak warga dari Tangerang, Banten, yang melarikan diri ke Pari untuk menghindari kerja paksa. Warga pelarian itu disebut-sebut sebagai penduduk pertama di Pulau Pari.

Dulu Pulau Pari termasuk wilayah administratif Kelurahan Pulau Tidung. Kini pulau tersebut berada di bawah Kelurahan Pari, yang menaungi sembilan pulau lain selain Pulau Pari. Kantor Kelurahan Pari sendiri terletak di Pulau Lancang.

Pulau Pari mulai berkembang menjadi tujuan wisata sekitar 2010. Hal itu terjadi seiring dengan menurunnya bisnis rumput laut, yang sempat booming di pulau tersebut. Rumput laut hasil binaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia itu bahkan diekspor hingga ke Jepang.

image for mobile / touch device image 1 for background / image background

Surdin, warga Bogor, Jawa Barat, salah seorang yang pernah bergelut dengan rumput laut, bercerita bisnis itu menyusut lantaran wabah penyakit menular di Pulau Pari. Hingga kemudian warga beralih profesi dengan membuka pantai serta rumah penginapan (homestay), termasuk dirinya.

Hingga kini jumlah homestay di Pari mencapai 300 unit. Hasan Basri, warga Pulau Pari, mengaku sebagai orang yang pertama membuka homestay bernama Sintia. Ia dan keluarganya rela tidur di dapur demi tempat tinggalnya diinapi para wisatawan dengan tarif Rp 350-500 ribu per malam. “Saya dan keluarga rela tidur di dapur. Karena menguntungkan,” tutur Hasan kepada detikX.

Pulau Pari yang bersih dan alami memang menarik traveler. Di pulau itu turis bisa melakukan kegiatan traveling, seperti snorkeling, bersepeda, jelajah hutan mangrove, atau sekadar bersantai di pinggir Pantai Perawan, salah satu pantai terelok di Pari.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Seribu mencatat jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pari pada tahun 2012 mencapai 1,5 juta orang. Hingga kini, pulau itu selalu ramai dikunjungi, baik oleh wisatawan domestik maupun mancanegara.

Selain warga, ada PT Bumi Pari Asri, yang sebetulnya sudah lama melirik bisnis wisata di Pulau Pari. Namun hampir tiga puluh tahun membeli lahan di pulau itu, anak usaha Bumi Raya Utama Group itu belum dapat menjalankan bisnis mereka lantaran terlibat konflik perebutan lahan dengan warga.

Juru bicara PT Bumi Pari Ben Yitzak kepada detikX mengatakan Bumi Pari bersiap membangun kawasan wisata berupa resor dan wahana bermain di Pulau Pari pada 1996. Akses jalan sekaligus untuk jogging track dibuat. Begitu juga dengan toilet.

Namun, setelahnya, pembangunan mangkrak karena krisis moneter pada 1998. Pada saat itulah tanah-tanah perusahaan diduduki oleh warga. “Saat itu kita baru sampai pembangunan jalan kecil penghubung dan toilet,” ucap Ben saat ditemui detikX di Gedung Bumi Raya Utama Group, Jl Pembangunan I, Gadjah Mada, Jakarta Pusat, pekan lalu.

Rencana awal yang sudah dipendam puluhan tahun lalu mulai dibuka kembali. Bahkan Bumi Pari berambisi menjadikan Pulau Pari sebagai destinasi wisata pantai y ang tak kalah dengan Bali. “Buat apa habisin uang Rp 5 juta ke Bali kalau bisa menikmati pantai yang indah seperti Bali di Pari?” ujar Ben.

Ben juga mengatakan, Bumi Pari akan menjadikan Pulau Pari sebagai ikon pariwisata di DKI Jakarta dengan fasilitas hotel yang berkelas. Selain itu, akan dibangun berbagai wahana, seperti akuarium terbesar di Indonesia dan penangkaran biota laut, seperti ikan hiu, serta pari.

Namun, kata dia, hingga kini belum ada keputusan resmi dari perusahaan mengenai proyek-proyek wisata di Pulau Pari itu . “Ya, pasti namanya pulau yang akan ada resor. Dibangunnya itu saya belum tahu. Saya kan bukan bagian desain, kayak bagaimana. Dan pimpinan kita belum satu suara,” ujarnya.

Pemandangan pantai Pulau Pari

Foto : Syailendra Hafiz Wiratama/detikX

Lapangan voli di Pulau Pari

Foto : Syailendra Hafiz Wiratama/detikX

Pantai P asir Perawan di Pulau Pari

Foto : Syailendra Hafiz Wiratama/detikX

Pemukiman penduduk

Foto : Syailendra Hafiz Wiratama/detikX

Dermaga Pulau Pari

Foto : Syailendra Hafiz Wiratama/detikX

Ben menegaskan, Bumi Pari tak berniat menggusur warga. Justru pihaknya ingin merangkul mereka untuk mengembangkan pariwisata di pulau tersebut. Mereka akan dilibatkan dalam bisnis perusahaan.

Terkait dengan homestay warga di atas lahan Bumi Pari, Ben bilang tetap diperbolehkan berdiri. Namun, syaratnya warga yang mengelola mengakui mereka berdiri di atas tanah perusahaan. “Intinya, perusahaan sih nggak ada penggusuran. Maunya semuanya dirangkul. Kita bangun Pulau Pari yang nyaman. Supaya juga mereka punya penghasilan terangkat,” kata Ben.

Namun langkah bisnis Bumi Pari di Pulau Pari sepertinya bakal kembali menghadapi jalan panjang. Konflik lahan antara perusahaan dan warga belum juga menemukan solusi. Warga Pulau Pari tetap merasa paling berhak atas tanah leluhur mereka di Pulau Pari dan menolak kehadiran pengembang.

Reporter: Ibad Durohman, Gresnia Arela F, Syailendra Hafiz Wiratama, Ratu Ghea Yurisa.
Redaktur: Deden Gunawan
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Fuad Hasim

[Widget:Baca Juga]Sumber: Google News | Warta 24 Kepulauan Seribu

Tidak ada komentar